Sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada suara hati motor yang telah memberikan komentarnya pada tulisan saya yang berjudul “Perilaku Pengendara Motor yang Membahayakan Keselamatan Jiwa (bagian 1). Dengan adanya komentar tersebut, saya mohon maaf apabila dalam tulisan saya tersebut (bagian 1, 2 dan 3) menyinggung perasaan suara hati motor ataupun pembaca lainnya yang kebetulan sehari-hari menggunakan alat transportasi kendaraan bermotor roda 2 (dua).
Mengapa Pengendara Sepeda Motor yang Ditulis?
Sebagai penglaju, saya berangkat ke kantor pagi hari sebelum matahari terbit dan pulang sampai rumah saat matahari terbenam dengan menggunakan bis jemputan yang disediakan oleh kantor. Jarak tempuh dari rumah ke kantor sekitar 2 (dua) jam lamanya sehingga memberi saya banyak waktu untuk mengamati apa yang terjadi di sekitar saya selama dalam perjalanan.
Menurut saya, jumlah kendaraan bermotor roda 2 lebih banyak daripada roda 4 (mobil) sehingga saya tertarik untuk menulisnya, terlebih lagi pengendara sepeda motor lebih jelas terlihat perilakunya bila dibandingkan pengendara mobil karena mereka tertutupi oleh kaca sehingga mata saya tidak dapat ”menembus” ke dalam apa saja yang mereka lakukan didalam kendaraannya itu. Namun, sebelumnya saya juga pernah menulis tentang pejalan kaki yang sering kali tidak menggunakan jembatan penyeberangan ketika akan menyeberang di jalan (baca : Gunakan Jembatan Penyeberangan Demi Keselamatan Anda)
Berikut ini saya akan sedikit menjawab beberapa komentar yang disampaikan oleh suara hati motor pada tulisan yang saya buat (komentar asli dapat dilihat pada “Perilaku Pengendara Motor yang Membahayakan Keselamatan Jiwa (bagian 1)” karena komentar tersebut sedikit saya rubah posisinya untuk bisa dikelompokkan.
4 Komentar..




Pada tanggal 3 Desember 2011 yang lalu, saya berkunjung ke pameran buku (Indonesia Book Fair) yang diselenggarakan oleh IKAPI dan Perpustakaan Nasional di Istora Senayan. Setelah tiba disana, saya iseng membaca jadwal acara yang terpampang di dekat pintu masuk dan ternyata ada launching komunitas Ayo Dongeng Indonesia. Karena tertarik, akhirnya saya memutuskan untuk mengikuti acara tersebut terlebih dahulu sebelum berkeliling untuk mencari buku.
Beberapa pengendara motor tidak melengkapi kendaraannya dengan memasang kaca spion padahal spion digunakan untuk melihat kendaraan lain dibelakang kita ketika akan membelok atau menyalip. Meskipun memasang spion, adakalanya spion yang digunakan hanya sekedar sebagai aksesoris karena modelnya yang unik atau hanya untuk formalitas padahal sudah tidak layak pakai sehingga spion itu sama sekali tidak dapat digunakan untuk melihat kendaraan dibelakang. Ketika akan berbelok, kita harus memutar kepala kita untuk melihat apakah ada kendaraan dibelakang kita. Hanya saja ketika menoleh kebelakang, motor tidak dalam keadaan berhenti sehingga jika tidak hati-hati justru dapat menabrak kendaraan yang ada di depan kita.


