Pembagian kerja secara seksual merupakan sebuah lembaga kemasyarakatan tertua dan terkuat sehingga orang cenderung beranggapan bahwa pembagian kerja secara seksual dimana laki-laki bekerja disektor publik dan perempuan disektor domestik sebagai sesuatu yang alamiah. Sepintas pembagian kerja secara seksual jelas tidak adil terutama bagi kaum perempuan. Namun banyak perempuan yang tidak menganggapnya begitu, banyak perempuan bahkan menerima peran yang diberikan kepada mereka sebagai suatu hal yang mulia dan harus dijunjung tinggi. Dengan kata lain, perempuan sebagai kaum yang dirugikan tidak sadar akan keadaannya.Pembagian kerja yang didasarkan atas perbedaan seks, dimana perempuan sudah sewajarnya hidup dilingkungan rumah tangga sedangkan pria punya tugas lain, yaitu pergi keluar rumah, bekerja untuk mendapatkan gaji. Pembagian kerja seperti ini dimaksudkan untuk terciptanya sebuah rumah tangga yang tentram dan sejahtera serta menciptakan kehidupan masyarakat manusia yang beradab.Pembagian kerja seperti itu sudah berlangsung sangat lama sehingga dianggap sebagai sesuatu yang alamiah. Banyak diantara kita tidak bertanya apakah hal itu adil dan siapa yang diuntungkan dalam pembagian kerja secara seks ini. Kita beranggapan bahwa perbedaan peran yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan sama nilainya, keduanya adalah peran yang luhur dan karena itu patut dibanggakan.Namun pada saat ini, pembagian kerja secara seksual tidak lagi dapat diterima begitu saja terutama oleh kaum perempuan. Perempuan kini merasa pembagian kerja secara seksual hanya menguntungkan laki-laki saja sehingga perempuan menjadi tergantung kepada laki-laki. Kehidupan perempuan berputar sekitar kehidupan rumah tangga, seakan-akan perempuan “dipenjarakan” dalam suatu dunia yang tidak dapat merangsang perkembangan kepribadiannya. Perempuan mengerjakan pekerjaan yang itu-itu saja setiap hari (pekerjaan rumah tangga) selama hidupnya. Dengan kata lain, perempuan terjebak dalam suatu rutinitas dalam hidupnya.
0 Komentar..