Persiapan sebelum krisis ini terjadi (Bagian 2)

E-mail Cetak PDF

Disclaimer : Allah SWT telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya untuk dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh manusia, sebagai rasa syukur atas apa yang sudah dilimpahkan-Nya maka bijaksanalah dalam memanfaatkan anugerah tersebut

 

Pada tulisan Persiapan sebelum krisis ini terjadi (Bagian 1), saya telah menjelaskan terkait krisis air bersih yang mungkin saja terjadi dan hal apa saja yang dapat dipersiapkan sebelum krisis tersebut benar-benar datang dan terjadi dalam kehidupan kita.

Selanjutnya saya akan menjelaskan krisis lainnya yang mungkin akan terjadi berdasarkan situasi dan kondisi saat ini, yaitu:

1. Krisis Pangan

Krisis kedua yang mungkin akan kita hadapi adalah krisis pangan/makanan. Sama halnya dengan air, makanan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Meskipun saat ini sudah banyak makanan olahan atau cepat saji, namun makanan yang ditanam secara alami akan lebih berdampak baik bagi kehidupan manusia. Terlebih lagi saat ini banyak orang yang beralih menjadi vegetarian atau vegan (yang hanya) mengkonsumsi sayur, buah, biji-bijian dan produk nabati lainnya.

Dengan adanya perubahan cuaca (climate change) yang tidak menentu (kadang panas lalu tiba-tiba hujan datang) bisa berdampak pada pertumbuhan tanaman dan persediaan air seperti yang telah disebutkan pada tulisan sebelumnya. Pada saat hujan terus menerus tiada henti dapat menyebabkan banjir yang pada akhirnya berpengaruh pada kegagalan panen. Apabila terjadi kegagalan panen maka dapat dipastikan harga-harga sayuran (ataupun buah-buahan) akan menjadi mahal.

Hal ini juga berlaku pada saat musim kemarau atau kering dimana petani kesulitan untuk mengairi lahan pertaniannya, akan berdampak juga pada kualitas dan kuantitas hasil panen. Salah satu contoh apabila hasil panen cabai sedikit padahal permintaan akan cabai banyak maka harga cabai menjadi mahal seperti yang seringkali terjadi.

Untuk mengurangi pengeluaran akibat naik turunnya harga sayur, buah dan bumbu dapur, kita dapat menanam sendiri kebutuhan dapur kita seperti menanam sayuran (sawi, kangkung, singkong), cabai dan tomat, jahe dan kencur serta bumbu dapur lainnya (sereh, daun salam, daun bawang). Apabila kita bisa menanam sendiri, maka akan lebih menghemat pengeluaran serta memudahkan kita pada saat akan masak jam berapapun cukup petik dihalaman. Hal ini juga dapat dikombinasikan dengan memelihara hewan ternak seperti ayam atau ikan dimana kotoran dari hewan tersebut dapat diolah menjadi pupuk alami.

Namun bagi anda yang tinggal didaerah padat penduduk dan sudah tidak memiliki cukup lahan untuk bercocok tanam, anda dapat menanam sayuran dan bumbu dapur dalam media pot yang dapat disusun menggunakan rak ataupun menanam ditembok (vertical garden) sehingga meminimalisir kebutuhan lahan. Selain itu, dapat juga dilakukan secara hidroponik.

2. Krisis Energi (Listrik)

Masih ingat dengan kejadian beberapa bulan lalu dimana tiba-tiba beberapa Negara di Eropa menjadi gelap akibat mati listrik. Akibatnya banyak fasilitas publik seperti transportasi umum yang tidak dapat digunakan karena mereka tidak memiliki cadangan listrik untuk mensupport fasilitas publik tersebut agar tetap berjalan. Sempat terjadi kekacauan dan pencurian dibeberapa toko dan supermarket karena uang digital tidak dapat digunakan untuk transaksi pembayaran dan CCTV pun ikut mati sehingga tidak ada pengawasan.

Beberapa tahun yang lalu, saya sempat membuat tulisan terkait Energi Alternatif Pembangkit Listrik. Sama halnya dengan makanan dan air, saat ini listrik menjadi kebutuhan utama bagi manusia karena segala peralatan seperti transportasi, komunikasi dan lainnya membutuhkan listrik. Pada saat batere HP tinggal sedikit dan tidak menemukan tempat untuk mencharge, kita bisa saja menjadi panik karena saat ini HP tidak hanya sebagai alat komunikasi namun dapat digunakan untuk transaksi keuangan/pembayaran secara online dan pemesanan jasa transportasi seperti ojek online.

Sama halnya dengan air hujan yang dapat kita manfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari (setelah diolah), sinar mataharipun dapat kita gunakan untuk memasok listrik harian dirumah. Saat ini banyak orang mulai beralih dengan memasang panel surya/solar panel yang dapat merubah energi sinar matahari menjadi energi listrik. Panel surya dianggap lebih ramah lingkungan dan hemat biaya terutama karena Negara kita termasuk Negara tropis dimana sinar matahari senantiasa ada hampir sepanjang tahun.

Untuk pemasangan awal mungkin memang mahal, belum lagi biaya pemeliharaannya. Namun beberapa orang yang sudah menggunakannya beberapa tahun mengatakan apabila harga tersebut lebih murah dibandingkan dengan biaya listrik dari PLN yang cenderung tarifnya akan naik terus dan berisiko terjadi pemadaman listrik. Namun ada juga yang menggunakan keduanya, dengan alasan panel surya dapat bermanfaat saat terjadi pemadaman sedangkan listrik PLN bermanfaat saat musim hujan dimana tidak ada sinar matahari yang muncul.

Selain pemasangan permanen pada rumah, saat ini juga banyak dijual solar panel portable yang dapat dibawa kemana saja terutama bagi anda yang hobi camping atau berpetualang di alam. Anda tidak perlu khawatir akan kehabisan batere HP ataupun tetap dapat menggunakan tablet atau laptop anda dilingkungan yang jauh dari sumber listrik.

3. Krisis Udara Bersih

Kendaraan bermotor mengandung (dari proses pembakarannya) berbagai polutan seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), hidrokarbon (HC), dan partikulat (PM), serta bisa juga mengandung senyawa lain seperti oksida sulfur (SOx) dan timbal (Pb). Gas-gas dan partikel ini menjadi penyebab polusi udara yang berdampak buruk bagi kesehatan manusia dan lingkungan (sumber AI Overview).

Seperti kita ketahui, kualitas udara dapat berpengaruh pada kesehatan manusia. Banyak kejadian saat kebakaran hutan, asapnya dapat menganggu pandangan mata dan juga pernafasan. Begitu juga dengn banyaknya kendaraan bermotor didaerah perkotaan/kota besar dimana masalah asap dapat menjadi suatu hal yang harus mendapatkan perhatian.

Meskipun saat ini banyak Pemerintah Daerah telah membuka Ruang Terbuka Hijau (RTH) ataupun menyediakan taman atau hutan kota untuk mengurangi dampak dari polusi udara namun apabila pertumbuhan dan penggunaan kendaraan bermotor tidak terkendali maka udara bersih hanya dapat diperoleh ditempat-tempat tertentu saja. Belum lagi polusi suara yang dhasilkan dari klakson kendaraan.

Selain RTH, penggunaan kendaraan listrik menjadi salah satu solusi untuk mengurangi polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin atau solar. Penyebab polusi udara lainnya (dan juga pencemaran air sungai) adalah pendirian pabrik-pabrik yang pengelolaan limbahnya tidak dilakukan dengan baik. Banyak pabrik yang mengalirkan hasil limbahnya kesungai yang pada akhirnya sampai ke laut sehingga menyebabkan hewan-hewan air mengandung racun dan berbahaya untuk dikonsumsi manusia.

Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi krisis udara bersih adalah menanam pohon yang dapat menghasilkan banyak oksigen seperti pohon beringin (yang akarnya juga bermanfaat menyimpan air dalam tanah). Selain itu, kita dapat menanam pohon penyerap polutan seperti Lidah mertua (sansevieria) dan aglaonema yang juga berfungsi sebagai tanaman hias didalam rumah.

Seperti telah disebutkan pada tulisan sebelumnya bahwa “tidak ada satupun manusia yang mengetahui masa depan”. Apa yang sudah saya tuliskan pada bagian 1 dan 2 ini bisa saja terjadi, namun apabila boleh memilih maka saya sendiri juga berdoa untuk tidak terjadi krisis. Untuk itu, sebagai manusia adalah kewajiban kita untuk berusaha menjaga bumi beserta isinya agar nyaman dan aman sebagai tempat tinggal bahkan sampai dengan anak cucu kita.

Akhir kata, selamat berkarya dan sukses selalu dimanapun kita berada :D

Komentar

Tampilkan/Sembunyikan Form Komentar Please login to post comments or replies.