Karakteristik Masyarakat Desa dan Kota berdasarkan Teori Sosiologi (Bagian 1)

E-mail Cetak PDF

“Desa ku yang kucinta, pujaan hati ku. Tempat ayah dan bunda, dan handai taulan ku. Tak mudah ku lupakan, tak mudah bercerai. Selalu ku rindukan, desa ku yang permai”

Lagu tersebut diatas merupakan lagu ciptaan L. Manik yang menggambarkan tentang kerinduan seseorang terhadap suasana perdesaan yang indah dan permai dimana ada gunung (dengan udara sejuknya), kerbau yang sedang membajak sawah, pepohonan yang hijau dan rindang, ataupun pantai dan lautan berwarna biru dengan aneka jenis ikan yang bisa ditangkap dan dimakan untuk konsumsi sendiri ataupun dijual.

Bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar di Pulau Jawa (misalnya saja Jakarta) sangat sulit untuk menikmati pemandangan seperti itu. Suasana kota Jakarta didominasi oleh gedung-gedung perkantoran yang menjulang tinggi, pusat perbelanjaan seperti mall atau supermarket dan jalan beraspal yang selalu dipenuhi oleh asap dan suara bising kendaraan bermotor baik mobil, motor, ataupun kendaraan umum seperti bis. Bahkan aktivitas manusia yang ada seakan tidak pernah berhenti, jalanan yang selalu ramai karena ada aktivitas selama 24 jam, baik aktivitas perdagangan seperti pasar, aktivitas pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit dan Klinik 24 jam dan aktivitas lainnya. (Tonton video Potongan perjalanan dari Lebak Bulus menuju Pondok Cabe)

Menurut Roucek dan Warren dalam buku “Sosiology, an introduction”, 1962 menggambarkan karakteristik yang bersifat kontras antara masyarakat desa dan kota.

Mereka menggambarkan karakteristik Masyarakat Desa sebagai berikut :

1. Besarnya peranan kelompok primer;

2. Faktor geografik yang menentukan sebagai dasar pembentukan kelompok/asosiasi;

3. Hubungan lebih bersifat intim dan awet;

4. Homogen;

5. Mobilitas sosial rendah;

6. Keluarga lebih ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi;

7. Populasi anak dalam proporsi yang lebih besar.

Adapun karakteristik masyarakat kota adalah kebalikan atau berlawan dengan karakteristik masyarakat desa, yaitu :

1. Besarnya peranan kelompok sekunder;

2. Anonimitas merupakan ciri kehidupan masyarakatnya;

3. Heterogen;

4. Mobilitas sosial tinggi;

5. Tergantung pada spesialisasi;

6. Hubungan antara orang satu dengan yang lain lebih didasarkan atas kepentingan dari pada kedaerahan;

7. Lebih banyak tersedia lembaga atau fasilitas untuk mendapatkan barang dan pelayanan;

8. Lebih banyak mengubah lingkungan.

Keterangan :

1. Berdasarkan kamus sosiologi, kelompok primer (primary group) merupakan kelompok kecil yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara anggota-anggotanya, dimana kepentingan kelompok merupakan hal yang utama. Sedangkan kelompok sekunder (secondary group) adalah kelompok formal yang bersifat impersonal.

2. Anomi adalah 1) keterbatasan cara-cara yang telah melembaga, untuk mencapai tujuan-tujuan yang membudaya; 2) berpudarnya nilai-nilai yang berlaku; 3) tidak adanya norma-norma atau nilai-nilai bersama. Adapun anonimitas adalah keadaan tanda nama, keadaan yang tidak dikenal. Dengan kata lain, kehidupan masyarakat di kota bersifat individualis sehingga tidak saling mengenal satu sama lain bahkan dengan tetangganya.

3. Masyarakat desa dikatakan homogen karena mayoritas mata pencaharian mereka adalah petani, nelayan dan pedagang, sedangkan masyarakat kota digambarkan heterogen karena banyak jenis pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat disana seperti pekerja kantoran, pelayan di restoran atau mall dan lain-lain. Selain itu, sebagai contoh pada umumnya masyarakat yang tinggal di Kota Jakarta merupakan “pendatang” dengan latar belakang pendidikan, suku, agama, dan lain-lain yang berbeda-beda.

4. Mobilitas sosial merupakan gerak dari satu posisi sosial ke posisi sosial lainnya. Mobilitas sosial dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Bersifat horizontal berupa perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lainnya. Secara horizontal, mobilita sosial masyarakat desa rendah karena keterbatasan alat transportasi dan komunikasi sehingga mereka kesulitan untuk berpindah tempat. Sedangkan mobilita sosial masyarakat kota tinggi karena didukung oleh alat transportasi akses jalan yang memadai serta alat komunikasi yang semakin canggih. Misalnya saja dengan adanya alat transportasi online, kita tinggal pesan melalui handphone sehingga kita dapat bepergian kapan dan dimana saja. (Tonton video Ojek Pangkalan dan Ojek Online di Stasiun Matraman

b. Bersifat vertikal berupa pergesaran status dari lapisan sosial yang satu ke lainnya. Mobilita sosial masyarakat di kota lebih tinggi karena yang di nilai adalah kemampuan dalam bekerja dan berkarya. Apabila berprestasi maka orang tersebut akan naik pangkat atau jabatan. Sedangkan masyarakat desa yang mayoritas petani maka kecenderungannya adalah akan tetap sebagai petani. (Baca tulisan Saatnya upgrade skill anda)

5. Dalam masyarakat pedesaan dikenal istilah : Banyak Anak banyak Rejeki” untuk menggambarkan apabila seseorang semakin banyak memiliki anak maka akan semakin banyak pula rejeki yang dimilikinya. Hal ini jika dikaitkan dengan mata pencaharian masyarakat pedesaan yang mayoritas petani maka mereka membutuhkan tenaga yang banyak untuk menggarap sawahnya. Sehingga keluarga ditekankan fungsinya sebagai unit ekonomi karena para petani tersebut akan mempekerjakan anaknya untuk membantu di sawah sehingga tidak perlu membayar upah pekerja.

Sedangkan masyarakat kota cenderung memiliki sedikit anak karena keterbatasan tempat tinggal (pada umumnya luas rumah dikota sempit/kecil), permasalahan pengasuhan anak (pada umumnya suami istri bekerja sehingga tidak ada yang mengasuh anak), biaya transportasi/kendaraan yang dimiliki serta biaya pendidikan dan kesehatan cenderung mahal karena fasilitasnya lebih baik dibandingkan di desa.

Demikian teori pertama terkait perbedaan karakteristik antara masyarakat desa dan kota menurut Roucek dan Warren dalam buku “Sosiology, an introduction”, 1962.

Akhir kata, selamat berkarya dan sukses selalu dimanapun kita berada :D

 

Komentar

Tampilkan/Sembunyikan Form Komentar Please login to post comments or replies.